Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Cemara

Pohon cemara kecil yang biasa dihias eyang kakung saat Natal tiba, suatu ketika dipindahkan dari dalam pot ke taman di halaman depan rumah. Dia tumbuh besar, semakin besar, dan besar sekali, sampai hampir setinggi rumah kami. Setiap sore sehabis mandi, dengan jendela ruang tamu yang besar itu terbuka lebar, saya duduk di kursi yang paling dekat dengannya -jendela itu. Beberapa potong kue gabin dan teh manis hangat yang diseduhkan eyang uti, menemani saya menikmati sore. Selalu ada burung gereja yang bermain di pucuk cemara. Dan pada suatu hari, saya baru menyadari kalau ternyata mereka membuat sarang di dalam situ -pohon cemara itu. Sungguh menarik dan membuat saya penasaran. Sampai pada suatu siang, tanpa sepengetahuan eyang uti tentunya, saya memanjat pagar untuk sekedar mengintip seperti apa sarang burung gereja itu. Pohon cemara yang selalu mengisi hari-hari saya sejak kecil, dulu dia di dalam pot dan hanya setinggi bahu saya. Dia dipindahakan ke tanah yang lebih lapang hingga tumb...

Surat Cinta Buat Pemanis Teh Hangat

Surat buat seseorang yang sangat manis: Hei... seseorang yang sangat manis, seseorang yang membuat seduhan teh hangatku nggak lagi hambar... Aku cuma pengen bilang makasih karena kamu sudah bersedia menjadi pemanis buat teh hangatku. Aku berharap akan selalu demikian di esok hari, esoknya, dan esoknya lagi, sampai habis waktuku untuk dapat menyeduh teh hangatku... Dan bila waktu itu tiba, maka tetaplah kamu jadi pemanis dalam seduhan teh hangatku di kehidupan yang lain... Aku nggak mau kehilanganmu. Aku sayang kamu!

Surat Cinta Buat Kota Taman

Surat buat Kota Taman: Dear Bontang... Kota yang sungguhlah indah, bersih, tenang, dan nyaman. Kota yang bisa membuat saya jatuh hati pada pandangan pertama. Kota dengan sejuta bintang-bintang di malam hari. Kota di mana saya mendapatkan banyak kebahagiaan dan kenangan manis. Selamat tinggal, Bontang. Saya akan pergi dalam jangka waktu yang nggak bisa ditentukan. Mungkin sesekali saya akan menjengukmu walau sejenak. Jujur, saya sedih harus meninggalkanmu. Saya jadi kepikiran, nantinya nggak ada yang ngingetin Isur supaya nggak buat puntung rokoknya di laut Bontang Kuala-mu.... hihihihi. Nantinya nggak ada saya, Isur, dan Faisal yang curhat nggak tentu arah di pinggir Bontang Kuala itu. Nantinya nggak ada yang bengong sendirian di pinggir danau Permai sambil curi-curi nangis sedikit. Dan masih banyak lagi yang bakal nggak ada... Bontang yang penuh bintang, makasih ya untuk segala kebahagiaan dan kenangan. Makasih untuk teman-teman terbaik yang pernah saya punya, kakak-kakak yang selalu ...